Pendahuluan
Latar
belakang
Tauhid
dalam bahasa artinya menjadikan sesuatu esa. Yang dimaksud disini adalah
mempercayai bahwa Allah itu esa. Sedangkan secara istilah ilmu Tauhid ialah
ilmu yang membahas segala kepercayaan-kepercayaan yang diambil dari dalil dalil
keyakinan dan hukum-hukum di dalam Islam termasuk hukum mempercayakan Allah itu
esa.
Seandainya
ada orang tidak mempercayai keesaan Allah atau mengingkari perkara-perkara yang
menjadi dasar ilmu tauhid, maka orang itu dikatagorikan bukan muslim dan
digelari kafir. Begitu pula halnya, seandainya seorang muslim menukar
kepercayaannya dari mempercayai keesaan Allah, maka kedudukannya juga sama
adalah kafir.
Keimanan dalam agama Islam merupakan dasar atau fondasi,
yang diatasnya berdiri syariatnya Islam.Selanjutnya, dari pokok-pokok tersebut
muncullah cabang-cabangnya. Antara keimanan
dan perbuatan atau akidah dan syariat keduanya sambung-menyambung, tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain sebagaimana pohon beserta buahnya.[1]
Perkara
dasar yang wajib dipercayai dalam ilmu tauhid ialah perkara yang dalilnya atau
buktinya cukup terang dan kuat yang terdapat di dalam Al Quran atau Hadis yang
shahih. Perkara ini tidak boleh dita’wil atau ditukar maknanya yang asli dengan
makna yang lain. Adapun perkara yang dibicarakan dalam ilmu tauhid adalah dzat
Allah dilihat dari segi apa yang wajib (harus) bagi Allah dan Rasul Nya, apa
yang mustahil dan apa yang jaiz (boleh atau tidak boleh).
Dalam
ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti
ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun
tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Walaupun tidak ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk
sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh
dan hancur berantakan.
PEMBAHASAN
Antara
Tauhid dan Akidah
A. Tauhid
Menurut
harfiah tauhid ialah “mempersembahkan” menurut istilah agama islam tauhid
adalah keyakinan tentang satu atau esanya tuhan, dengan segala pikirannya dan
teori berikut dalil-dalilnya yang menjurus sebuah kesimpulan bahwa tuhan itu
satu.[2]
Yang
terpenting dalam pembahasaan ilmu ini ialah mengenai ke-Esaan Allah. Menurut
ulama-ulama ilmu ahli sunah:
Adapun
tauhid itu ialah bahwa Allah itu Esa dalam Dzat-Nya, tidak terbagi-bagi. Esa
dalam Sifat-sifatnya yang Azali, tiada tara bandingan baginya dan Esa dalam
Perbuatan-perbuatannya, tidak ada sekutu bagi-Nya.[3]
Ditinjau dari sudut istilah (terminologi),
telah dipahami bersama bahwa setiap cabang ilmu pengetahuan itu telah mempunyai
obyek dan tujuan tertentu .karena itu setiap cabang ilmu pengetahuan juga
masing–masing mempunyai batasan–batasan tertentu pula. demi batasan-batasan
tersebut pengaruhnya adalah sangat besar bagi para ilmuan dan cendikiawan
didalam membahas, mengkaji , dan menelaah obek garapan dari suatu cabang ilmu
pengatahuan.menurut beberapa
pendapattentang ilmu tauhid ialah sebagai berikut:
a.
Menurut Husain Affandi al-Jasr, Tauhid ialah
ilmu yang membahas hal-hal menetapkan akidah agama dengan dalil yang meyakinkan.
b.
Prof. M. Tharir A Muin, Ilmu Tauhid adalah ilmu
yang menyelidiki dan membahas soal yang wajib, jaiz, dan mustahil bagi Allah
dan bagi sekalian utusan-utusan-Nya, dan juga mengupas dalil-dalil yang mungkin
cocok dengan akal pikiran sebagai alat untuk membuktikan adanya Zat yang
mewujudkan.[4]
Tauhid mempunyai dua aspek yaitu:
1. Tauhid
ilmu ( Teoritis)
Yaitu
pemahaman yang benar mengenai allah swt. Tauhid teoritis menjauhkan manusia
dari pemahaman yang salah mengenai Allah. Tauhid memandang Allah sebagai tuhan
yang maha Esa.
2. Tauhid
amali
Yaitu
sikap dan perbuatan untuk mengesakan allah. Mengesahkan Allah dalam sikap dan
perbuatan itulah yang disebut ibadah.[5]
Macam-Macam Tauhid
1.
Tauhid
Rububiyah
Tauhid
rububiyah adalah suatu keyakinan bahwa alam semesta beserta isinya telah diciptakan
Allah Swt tanpa bantuan siapapun.
2.
Tauhid
Uluhiyah
Secara
terminologis tauhid uluhiyah adalah pengabdian hanya kepada Allah Swt dan hanya
kepada-Nya meminta pertolongan. Tauhid
uluhiyah dalam pengertiannya sering di identikkan dengan tauhid ubudiyah,
karena sesunggunya adanya pengabdian yang hanya di tunjukan kepada Allah
merupakan konsekuensi dari keyakinan bahwa tidak ada tuhan selain Allah. [6]
3.
Tauhid
af’al
Tauhid
Af’al adalah Kesadaran dalam perbuatan mengandung makna bahwa perbuatan Allah
itu adalah unik, tiada setara dengan yang lain, dan tidak ada yang mampu
menirunya.
4.
Tauhid
Dzat
Kepercayaan kepada
tuhan sebagai satu-satunya pencipta alam semesta. Perkataan Allah itu sendiri
adalah nama bagi tuhan, yakni tuhan yang sebenarnya. Tiada tuhan melainkan
Allah.[7]
5.
Tauhid
Sifat
Tauhid
sifat ialah bahwa sifat Allah yang tidak sama dengan sifat yang lain dan tidak
seorangpun yang mempunyai sifat sama sebagaimana sifat Allah. Sifat luhur yang
dimiliki Allah merupakan penetapan dan kesempurnaan ketuhanan-Nya serta
keagungan-Nya.[8]
Fungsi
Ilmu Tauhid Dalam Bidang Ilmu Dan Amalan Islam
Berdasarkan
pada pengertian dan kedudukan ilmu tauhid yang mendasari semua keilmuan dan
amalan dalam islam, maka ilmu tauhid berfungsi dalam dua bidang yang saling terjalin antara yang satu
bidang dengan yang lainnya yaitu:
a.
Dalam
Bidang I’tiqoyah
ilmu tauhid berfungsi memberikan dasar dan landasan
mental yang kuat bagi keimanan seorang muslim terhadap keesaan tuhan sebagai
satu-satu nya sesembahan dalam ibadah ( tauhid uluhiyah) memberikan penerangan
yang bersifat dakwah terhadap orang-orang non muslim untuk diajak beriman
secara tauhid yang tidak bercampur dengan kemusrikan dengan penjelasan yang
baik dan bijaksana, baik
dalam artian menolak terhadap semua ajaran ketuhanan yang salah
diinterpretasikan maupun bersifat operatif terhadap pemahaman yang bersifat
merusak kemurnian tauhid.
b. Dalam Bidang Ijtihad
Dalam bidang ini
ilmu tauhid berfungsi menjelaskan dan membahas obyek ilmu tauhid secara ilmiah,
dengan berdasarkan dalil naqli yang shahih dan dikuatkan dengan dalil aqli
yang tidak bertentangan atau menyimpang dari ajaran islam itu sendiri.
melengkapi dasar-dasar atau landasan ilmiah bagi keimanan orang-orang islam
yang sekaligus berarti mempersenjatai mereka dengan dalil-dalil ilmiah. Dengan
demikian agar orang-orang islam memiliki kekebalan dan kemampuan terhadap
unsur-unsur yang akan menggoyahkan keimanan mereka dalam bidang i’tiqad. karena
itu dengan modal tersebut diharapkan dapat jadi pandangan atau sebagai falsafah
hidup bagi kaum muslimin dalam menjalani kehidupannya.
B) Dasar-dasar
Ilmu Tauhid
Syekh husain al-jisr menjelaskan bahwa didalam membahas ilmu tauhid
mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan yakni dalil naqli dan aqli. dalil
naqli adalah pengetahuan tentang masalah–masalah agama yang diambil dari
alquran dan hadis yang shaheh. dengan dalil naqli tersebut diketahui keterangan-keterangan
tentang tuhan dan segala sifat dan perbuatannya serta menunjukan bahwa segala
makhluh berada dalam lingkungan hukum alam (Allah) yang
tidak berubah dan bertukar, sebagaimana tersebut dalam firman allah surat
al-fath ayat23.
Jadi, sifat suatu dalil naqli adalah
sebagai pembuktian suatu dalil, dan merupakan akhir dari pembahasan yang
penjang sesuai dengan yang ditunjuk oleh dalil , sebagai contoh pembuktian
surat al-baqarah ayat 225 .
Adapun dalil naqli adalah pengetahuan
yang didapatkan dari keputusan akal yang sehat berdasarkan cara berfikir yang
telah ditentukan oleh ilmu pengetahuan, sifat dalil ini adalah sebagai sarana
penyimpulan keterangan suatu peristiwa, bertolak dari beberapa peristiwa nyata
kemudian diambil satu atau lebih kesimpulan yang benar, sebagai contoh adanya
teori gerak, bahwasanya setiap makluh merupakan kumpulan dari sejumlah gerakan
sebagai tanda kehidupannya dengan gerakan awal dan gerakan awal itu pasti ada
penggeraknya, yaitu tuhan allah SWT.[9]
B.
AQIDAH
Menurut bahasa, kata
aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [عَقَدَ-يَعْقِدُ-عَقْدً] artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian.
Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan
oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa
yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi
yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati
membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi
kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.
Berdasarkan
pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar
pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran
Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang
mengikat.
a.
Pengertian Aqidah Secara
Bahasa ( Etimologi)
Aqidah secara etimologi artinya ketetapan yang tidak ada
keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Aqidah secara termologi adalah perkara yang wajib
dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram karenanya, sehingga menjadi suatu
kenyataan yang teguh dan kokoh dan tidak mencampuri oleh keraguan dan
kebimbangan.[10]
ilmu
ini membicarakan tentang kepercayaan Islam. Syekh Thahir Al-Jaziry menerangkan.
Akidah
Islam ialah hal-hal yang di yakini oleh orang-orang islam, artinya mereka
menetapkan atas kebenarannya.[11]
Firman
Allah ta’ala yang arinya:
“
Allah tidak menghukum kamu disebabkan oleh sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud
(untuk bersumpah), tetapi dia menghukummu di sebabkan oleh sumpah-sumpahmu yang
kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh
orang miskin yaitu dari makanan yang kamu berikan kepada keluargamu atau memberi
pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa yang tidak
sanggup melakukan yang demikian maka kaffarat puasa selama tiga hari, yang
demikian itu kaffarat dari sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu
langgar), dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu
hukum-hukum agar kamu bersyukur.”(al-maidah:89). Jadi
kesimpulannya apa yang telah menjadi ketetapan hati seseorang secara pasti
adalah akidah baik itu benar ataupun salah.
b. Pengertian Aqidah Secara Istilah
(Terminologi)
Aqidah
adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram
karenanya, sehingga menjadi sesuatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak
tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Aqidah secara bahasa artinya ikatan.
Sedangkan secara istilah merupakan keyakinan hati dan pembenarannya terhadap
sesuatu. Maka pengertian aqidah dalam kandungan iman adalah:
1.
Beriman dengan allah.
2.
Beriman dengan para malaikat.
3.
Beriman dengan kitab-kitabnya.
4.
Beriman dengan para rosulnya.
5.
Beriman dengan hari akhir.
6.
Beriman kepada takdir yang baik maupun
yang buruk.
Sehingga
aqidah ini juga bisa diartikan dengan keimanan yang mantap tanpa disertai
keraguan didalam hati seseorang. Nama lain aqidah menurut ahlus sunah wal
jama’ah, sinonimnya aqidah islamiyah mempunyai nama lain diantaranya:
at-tauhid, as-sunah, ushuludin, al-fiqhul akbar, as-syari’ah, dan al-iman.
Maksudnya adalah beriman kepada allah yang maha esa dan dasar-dasar kehidupan
beragama.
Orang
yang beraqidah dengan sempurna ialah didalam dirinya terdapat takwa, itulah
muslim yang sampai pada kemuliaan akhlaknya. Penyimpangan dari akidah yang
benar adalah sumber petaka dan bencana. Begitu pula sebuah masyarakat yang
tidak di bangun diatas fondasi akidah yang benar akan sangat rawan diatas
terbius berbagai kotoran pemikiran materialisme. Sehingga apabila mereka diajak
untuk menghadiri pengajian-pengajian yang membahas ilmu agama merekapun malas
karena menurut mereka hal itu tidak bisa menghasilkan keuntungan materi.
Oleh
karena peranannya yang sangat penting ini maka kita juga harus mengetahui
sebab-sebab penyimpangan dari akidah yang benar:
1.
Bodoh terhadap prinsip-prinsip akidah
yang benar
2.
Taklid buta (mengikuti tanpa landasan
dalil).
3.
Berlebih-lebihan dalam menghormati para
wali dan orang-orang saleh.
4.
Lalai dari merenungkan ayat-ayat allah,
baik ayat kauniyah maupun qur’aniyah.
- Kebayakan
rumah tangga telah kehilangan bimbingan agama yang benar.[12]
c.
Kedudukan Aqidah Dalam Islam
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki
kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya,
sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu
yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu
bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk
sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh
dan hancur berantakan.
Maka, aqidah yang benar merupakan
landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal. Allah
subahanahu wata`ala berfirman,
فَمَنْ
كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا.
Artinya:
“Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka
hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah
kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110)
Allah
subahanahu wata`ala juga berfirman,
وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ
مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِّنَ
الْخَاسِرِينَ.
Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi
sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh
amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang
merugi.” (Q.S.
az-Zumar: 65)
Mengingat
pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan
dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya.
Rasulullah salallahu `alaihi wasalam berdakwah dan mengajarkan Islam pertama
kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam
rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun.
Dalam
rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas di Makkah
mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian terbukti
menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan
yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran
dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu
yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi
pelajaran bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau
keimanan dalam ajaran Islam.[13]
SIMPULAN
Dari makalah ini dapat disimpulkan
bahwa:
Tauhid
adalah ilmu yang membahas tentang keesaan Allah dan juga sifat-sifatnya yang
tidak bisa ditiru oleh siapapun, ilmu tauhid juga sangat penting dalam
mendukung ilmu-ilmu yang lain tanpa ilmu tauhid ilmu-ilmu yang lain tidak akan
biasa berkembang seperti ilmu akidah, ilmu kalam dan juga ilmu-ilmu yang
lainnya.
Aqidah berasal dari kata aqad berarti pengikatan. Akidah
secara Syara’ adalah iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
para rasul-Nya, hari akhir, serta kepada qadar baik dan qadar buruk. Tauhid adalah konsep
dalam aqidah Islam yang
menyatakan keesaan Allah. Mengamalkan
tauhid dan menjauhi syirik merupakan
konsekuensi dari kalimat sahadat yang telah
diikrarkan oleh seorang muslim.
Akidah yang benar hanya satu, yaitu
akidah yang sesuai dengan akidah Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Akidah
Ahlussunnah Wal Jamaah adalah yang sesuai dengan akidah Rasulullah SAW dan
akidah para sahabatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad,
Tauhid Ilmu Kalam, (Bandung; Pustaka Setia, 1998)
Imron,
Ilmu Kalam, Idea Press Yogyakarta,.
Yogyakarta: 2013.
Imron, Pengantar Ilmu Kalam, Noer
Fikri Offset, Palembang: 2014.
Mulyono dan Bashori
mengutip dari Syekh Muhammad Abduh,Risalah TauhidTerjemahan K.H.Firdaus, Jakarta:BulanBintang,
cetakan pertama.1963
Sahilun A. Nasir, Pengatar ilmu
kalam, Rajawali, Jakarta, 1991.
Yusuf, Yunan , Alam Pikiran
Islam Pemikiran Kalam, kencana,. Jakarta: 2014.
[1]
Drs. H.
Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam, (Bandung; Pustaka Setia, 1998) hal. 9
[2]Imron, Pengantar Ilmu Kalam, Noer
Fikri Offset, Palembang, 2014, hal. 29-32
[3]
Sahilun A. Nasir, Pengatar ilmu kalam, Rajawali, Jakarta, 1991, hal. 5-6
[4] Drs. H.
Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam, (Bandung; Pustaka Setia, 1998) hal.10
[6] Imron, ilmu kalam, idea press Yogyakarta,Yogyakarta: 2013. Hal. 39-44
[7]Yunan yusuf, alam pikiran
islam pemikiran kalam, kencana,. Jakarta, 2014, hal. 15-20
[8]Imron, Pengantar Ilmu Kalam, Noer
Fikri Offset, Palembang, 2014, hal. 33
[9]
Mulyono
dan Bashori mengutip
dari Syekh Muhammad Abduh,Risalah TauhidTerjemahan K.H.Firdaus,(Jakarta:BulanBintang, cetakan
pertama, 1963 )hal. 33
[10]Imron, Pengantar Ilmu Kalam, Noer
Fikri Offset, Palembang, 2014, hal. 11
[11]Drs. H. Sahilun A. Nasir, Pengatar
ilmu kalam, Rajawali, Jakarta, 1991, hal. 6-7
[12] Ibid., hal. 12-19
What is 1xbet korean? | Is 1xbet korean legit?
BalasHapus1xbet korean legit. The Best Betting Sites in kadangpintar Korea · #1 1xbet Sportsbook. The best 1xbet Sportsbooks in South Korea · #11 1xbet Sportsbook. งานออนไลน์